Seorang ulama sufi termashur, Ibrahim bin Adham (wafat 782
M), menunjukkan kendala-kendala yang menghalangi keterkabulan doa pada diri
setiap orang yang mencakup 10 (sepuluh) macam.
1.Araftullaha wa lam tu’iddu haqqahu. Mengaku mengenal
Allah, tapi tidak memenuhi hak-hak-Nya (beribadah kepada-Nya).
2.Qara’tumul Quran wa lam ta’maulu bihi. Suka membaca
Alquran, tapi tak pernah mengamalkan isinya.
3.Id’aitum hubbu Rasulillahi wa taraktu sunnatuhu. Mengaku
cinta kepada Rasulullah, tapi tak pernah menjalankan sunnah-sunnahnya.
4. Id’aitum udwanasy syaitani wa ata’tumuhu. Mengaku
memusuhi syaitan tapi taat kepadanya.
5.Id’aitumunnajaha minannari wa ramaitum anfusakum ilaiha.
Mengaku membenci neraka, tapi menjerumuskan diri ke dalamnya.
6.Id’aitum dukhulal jannata wa lam ta’maluhu. Mengaku ingin
masuk surga, tapi tak pernah melakukan perbuatan yang membawa ke arah itu.
7.Qultum annal mauta haqqun wa lam tasta’iddullahu. Mengakui
bahwa maut itu haq, tapi tak pernah bersiap menghadapinya.
8.Istaghaltum bi uyubi uyubi ikhawani wa la tarauna uyuba
anfusikum. Sibuk memperhatikan aib orang lain, mengabaikan aib diri sendiri.
9.Akaltum ni’mataRabbikum wa lam tasykurullahu.
Terus-menerus memakan nikmat Allah tapi tak pernah mensyukurinya.
10. Adafantum mautakum wa lam ta’tabiru bihim. Sering
menyaksikan penguburan mayat, tapi tak pernah mengambil contoh darinya.
Itulah sepuluh kendala penghambat doa yang dikemukakan
Ibrahim bin Adham, berdasarkan pengalamannya sebagai salah seorang manusia yang
doanya selalu makbul. Tapi Ibrahim bin Adham pernah juga ditolak doanya, akibat
sebuah kesalahan kecil di luar kesepuluh kendala tersebut.
Syekh Syihabudin al Qalyubi, penulis kitab “Al Nawadir”
mengisahkan. Ibrahim bin Adham selesai beribadah di Masjidil Haram, ke luar
membeli satu kilogram kurma untuk bekal di perjalanan ke Masjidil Aqsa.
Pedagang kurma yang dituju Ibrahim sudah berusia tua.
Tangannya sudah gemetar ketika menimbang dan membungkus kurma. Ibrahim melihat
sebutir kurma tergeletak dekat bungkusan kurma yang sudah dibelinya, maka
diambillah kurma itu dan dimakannya. Lalu pergi. Sesampai ke Masjidil Aqsa,
Ibrahim langsung menuju Kubah Sakhra akan beribadat di situ.
Dua malaikat yang ada di dekat bekas kiblat umat Islam itu,
terdengar bercakap-cakap. “Itu Ibrahim bin Adham yang doanya makbul,” kata
Malaikat yang satu.”Memang Ibrahim bin Adham. Tapi doanya tidak lagi makbul,”
jawab Malaikat satu lagi.
“Mengapa ?” “Ia telah memakan sebutir kurma tanpa hak,
sehingga bernilai kotor dan haram. Itulah penghalang kemakbulan doanya.
Ibrahim bin Adham terkejut luar biasa. Ia segera membatalkan
niatnya beribadat di masjid tersuci ketiga itu. Ia teringat akan sebutir kurma
yang ia makan di tempat pedagang kurma tua dekat Masjidil Haram. Ternyata kurma
milik orang lain, yang belum masuk ke dalam kurma yang dikilonya.Segera ia
berangkat lagi ke Mekah dengan tujuan untuk meminta penghalalan sebutir kurma
tadi. Tiga bulan di perjalanan. Datang ke Mekah, pedagang kurma tua sudah
meninggal.
Mudah-mudahan kita, para jamaah haji, mampu mengatasi
sepuluh kendala plus menjauhi makanan haram walau senilai sebutir kurma, agar
doa kita terkabul.
No comments:
Post a Comment